Kamis, 02 Mei 2013

INSTRUMEN EVALUASI PENDIDIKAN







Secara umum yang dimaksud dengan instrument adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat ukur atau pengumpulan data mengenai suatu variable. Dalam bidang penelitian instrument diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variable-variable penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar, keberhasilan proses belajar-mengajar dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu (Djaali & Pudji Mulyono, 2007)
A.    Instrumen Evaluasi
Pada daarnya instrument dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Yang termasuk kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes kemampuan akademik, sedangkan yang termasuk dalam kelompok non tes ialah skala sikap, skala penilaian, observasi, wawancara, angket dokumentasi dan sebagainya.
1)      Tes
a.      Pengertian
Secara umum tes diartika sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat kontendan meteri tertentu. Menurut Sudijono (1996) tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes dapat juga diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif, sehingga dapat dipergunakan secara meluas, serta betul-betul dapat dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Sedangkan menurut Norman (1976) tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan (Djaali & Pudji Mulyono, 2007).
b.      Fungsi Tes
Menurut Anas Sudijono (2001: 67) secara umum ada dua fungsi tes antara lain:
1)      Tes sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini ters berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2)      Tes sebagai alat pengukur keberhasilan program mengajar di sekolah. Sebab melalui tes akan dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan atau dicapai.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Djaali & Pudji Mulyono (2007: 7) fungsi tes dibagi menjadi tiga, antara lain:
1)      Alat untuk mengukur prestasi belajar siswa
Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa tes dimaksudkan untuk mengukru tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicaai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam waktu tertentu. Dalam kaitan ini tes digunakan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran. Sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran, tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai, dan seberapa banyak yang belum tercapai serta menentukan langkah apa yang perlu dilakukakan untuk mencapainya.
2)      Sebagai motivator dalam pembelajaran
Hampir semua ahli teori pembelajaran menekankan pentingnya umpan balik yang berupa nilai untuk meningkatkan intensitas kegiatan belajar. Fungsi ini dapat optimal apabila nilai hasil tes yang diperoleh siswa betul-betul objekti dan sahih, baik secara internal maupun secara eksternal yang dapat dirasakan langsung oleh siswa yang diberi nilai melalui tes.
3)      Upaya perbaikan kulaitas pembelajaran
Dalam rangka meningkatkan kuaitas pembelajaran ada tiga jenis tes yang perlu dibahas, yaitu tes penempatan, diagnostik dan formatif.
4)      Menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan
Tes ini berfungsi untuk menentukan nilai yang menjadi lambing keberhasilan siswa setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam waktu tertentu
c.       Jenis tes
Ada beberapa jenis tes yang sering digunakan dalam proses pendidikan, yaitu:
1)      Tes penempatan
Tes yang dilaksanakan untuk keperluan penempatan bertujuan agar setiap siswa yang mengikutin kegiatan pembelajaran di kelas atau pada jenjang pendidikan tertentu dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara efektif, karena dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Contohnya tes bakat, tes kecerdasan dan tes minat.
2)      Tes Diagnostik
Tes diagnostik dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dan menetapkan cara mengatassi kesulitan belajat tersebut. Dengan demikian jelas ada kaitan yang erat antara tes penempatan dan diagnostic. Bahkan dapat dikatakan keduanya saling melengkapi dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan efektivitas kegiatan pendidikan pada suatu jenis atau jenjang pendidikan tertentu.
3)      Tes Formatif
Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas. Kulaitas pembelajaran dikelas ditentukan oleh intensitas proses belajar (proses intern) dalam diri setiap siswa sebagai subjek belajar sekaligus peserta didik.
4)      Tes Sumatif
Hasil tes sumatif berguna untuk (a) menentukan kedudukan  atau ranking masing-masing siswa dalam kelompoknya (b) menentukan dapat atau tidaknya siswa melanjutkan program pembelajaran berikutnya, dan (c) menginformasikan kemajuan siswa untuk disampaikan kepada pihak lain seperti orang tua, sekolah, masyarakat, dan lapangan kerja. Jika tes sumatif dilaksanakan pada setiap akhir semester, maka setiap akhir jenjang pendidikan dilaksanakan tes akhir atau biasa disebut evaluasi belajar tahap akhir (Djaali & Pudji Mulyono, 2007)
d.      Bentuk Tes
Untuk melaksanakan evaluasi hasil mengajar dan belajar, seorang guru dapat menggunakan dua mecam tes, yakni tes yang telah distandarkan (standardized test) dan tes buatan guru sendiri (teacher-made test). Achievement test yang biasa dilakukan oleh guru dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni tes lisan (oral tes) dan tes tertulis (writen tes). Tes tertulis dapat dibagi atas tes essay dan tes objektif atau disebut juga short-answer test (Ngalim Purwanto, 2006).
Tes Lisan
Tes lisan merupakan sekumpulan item pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara terencana, diberikan oleh seorang guru kepada para siswanya tanpa melalui media tulis. Pada kondisi tertentu, seperti jumlah siswa kecil (kelompok siswa yang praktek laboratorium) atau sebagian siswa yang memerlukan tes remidi, maka tes lisan dapat digunakan secara efektif. Tes lisan ini sebaiknya berfungsi sebagai  tes pelengkap, setelah tes utama dalam bentuk tertulis dilakukan (Sukardi, 2008).
Tes Essay
Secara ontology tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaaban siswa melui uraian-urain kata yang merefleksikan kemampuan berfikir siswa (Sukardi, 2008).
Menurut Sukardi (2008: 96) untuk meningkatkan mutu pertanyaan esai sebagai alat pengukur hasil belajar yang komplek, memerlukan dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh para evaluator. Kedua hal penting tersebut, yaitu: (a) bagaimana mengkonstruksi pertanyaan esai yang mengukur perilaku yang direncanakan, dan (b) bagaiman menskor jawaban  yang diperoleh dari siswa. Berikut adalah cara-cara dalam menyusun tes esai yang dimaksud.
1.      Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan esai pada materi pembelajaran yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif. Ada beberapa faktor penting dalam proses belajar mengajar,yang hanya bisa diungkap oleh tes esai.
2.     Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalamanhasil belajar. Tes yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif maupun tes esai perlu tetap mengukur penilaian tujuan intruksional.
3.     Item-item pertanyaan tes esai sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan sehingga para siswa dapat menjawab dengan tidak ragu-ragu
4.     Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat memperhitungkan kecepatan berfikir, menulis dan menungankan ide sesuai dengan waktu yang disediakan.
5.     Ketika mengonstruksi sejumlah pertanyaan esai, para guru hendaknya menghindari penggunaan pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan biasanya terletak pada kalimat instruksi pengerjaan padaa aawal tes, misalnya “pilih empat soal dari lima pertanyaaan yang tersedia”.
Menurut Sri Esti W.D (2004: 429) juga mengemukakan bahwa ada beberapa petunjuk atau saran untuk menyusun tes isian seperti dibawah ini:
1.      Kita hendaknya tidak mengutip kalimat atau pernyataan dalam buku teks atau buku catatan.
2.     Bagian yang kosong hendaknya hanya dapat diisi dengan satu jawaban yang benar
3.     Bagian yang dikosongkan terdiri dari satu kata kunci, atau kata pokok bukan sembarang kata
4.     Kalimat harus sederhana dan jelas sehingga lebih mudah dimengerti
5.     Bagian yang kosong ditaruh diakhir kalimat, misalnya menteri keuangan yang bertugas sekarang ialah
Tes Objektif
Merupakan tes yang cara pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif yang dilakukan dengan cara mencocokkan kunci jawaban dengan hasil jawaban testi. hal ini memungkinkan testi untuk menjawab banyak pertanyaan dalam waktu yang relatif singkat.
Ada beberapa jenis tes objektif
1. Tes Objektif Pilihan Ganda
Item tes pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang paling banyak digunakan oleh para guru. Tes ini dapat mengukur pengetahuan yang luas dengan tingkat domain yang bervariasi. Item tes pilihan ganda memiliki semua persyaratan sebagai tes yang baik, yakni dilihat dari segi ojektivitas, reliabilitas, dan daya pembeda anatara siswa yang berhasil dengan siswa yang gagal (Sukardi, 2008)
2. Tes Objektif Banar Salah
Item tes benar-salah dibedakan menjadi dua macam bentuk yaitu, item tes bentuk regular atau tidak dimodifikasi dan item tes bentuk modifikasi. Dibidang pendidikan umum maupun kejuruan, item tes benar salah yang tidak dimodifikasi atau regular banyak digunakan oleh para guru. Salah satu alasannya adalah bahwa item tes benar salah jenis regular dapat digunakan dalam proses belajar mengajar  sebagai tehnik untuk mengawali dimulainya diskusi yang hangat, menarik dan bermakna. Item tes betul salah apabila dicermati secara intensif , akan membawa peserta didik kedalam diskusi isu-isu pembelajaran yang bergeser sedikit menjadi problem solving (Sukardi, 2008).
3. Tes Objektif Menjodohkan
Item tes menjodohkan sering juga disebut matching test item. Item tes menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok tes objektif. Secara fisik , bentuk item tes menjodohkan, terdiri atas dua kolom yang sejajar. Pada kolom pertama berisi pernyataan yang disebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi kata atau fakta yang disebut juga daftar respon atau jawaban (Sukardi, 2008).
2)      Non Tes
a.      Pengertian
Tehnik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidupdan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individumaupun secara kelompok.
Berikut adalah beberapa intrumen non tes yang sering dgunakan dalam evaluasi dibidang pendidikan
b.      Jenis-jenis Tehnik Non Tes
Beberapa alat ukur yang hendak diuraikan padabagian ini adalah observasi, angket, wawancara, daftar cek dan skala nilai/rating scale.
1)      Observasi
Secara garis besar terdapat dua rumusan tentang pengertian observasi, yaitu pengertian secara semmpit dan luas. Dalam arti sempit, observasi berarti pengamatan secara langsung terhadap apa yang diteliti, Dalam arti luas observasi meliputi pengamatan yang dilakukan secara langsungmaupun tidak langsung terhadap objek yang diteliti (Susilo Rahardjo & Gudnanto, 2011).
Menurut Susilo Surya dan Natawidjaja ( dalam Susilo Rahardjo & Gudnanto, 2011: 48-49) membedakan observasi menjadi observasi partisipatif, observasi sistematis, dan observasi experimental.
1.      Observasi partisipatif, ialah observasi dimana orang yang mengobservasi (pengamat,observer) benar-benar turut serta mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau objek yang diamati.
2.     Observasi sistematis, ialah observasi dimana sebelumnya telah diatur struktur yang berisikan faktor-faktor yang telah diataur berdasarkan kategori masalah nyang hendak diobservasi. Pada observasi sistematis ini sebelumnya pengamat menyusun kisi-kisi yang memuat faktor-faktor yang akan diobservasi beserta kategori masalahnya.
3.     Obsevasi eksperiental, ialah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif dan secara sistematis, untuk mengetahui perubahan-perubahan atau gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
2)      Angket
Ign Masidjo (1995: 70) menyatakan bahwa angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Sedangkan Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 92) mengemukakan angket atau kuesioner adalah merupakan suatu tehnik atau cara memehami siswa dengan mengadakan komunikasi tertulis, yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh resonden secara tertulis juga.
Pada pokoknya angket dibagi menjadi dua, berdasarkan cara menjawab pertanyaan dan bagaimana jawaban diberikan. Ditinjau dari cara menjawab pertanyaannya angket dapat dibagi dua. Yaitu angket terbuka dan tertutup (Ign. Masidjo, 1995). Sedangkan menurut Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 95-97) dilihat dari bentuk pertanyaannya angket dibedakan menjadi tiga yaitu: angket terbuka, angket tertutup dan angket terbuka tertutup.
1.      Angket terbuka, ialah angket yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka. Responden diberikan jawaban sebebas-bebasnya untuk menjawab pertanyaan-pertnyaan yang disediakan.
2.     Angket tertutup, ialah angket yang menggunakan pertnyaan-pertanyaan tertutup. Responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang sudah disediakan.
3.     Angket terbuka dan tertutup, ialah angket yang pertanyaan-pertanyaannya berupa gabungan dari pertnyaan terbuka dan tertutup, baik dalam suatu item, maupun dalam keseluruhan item. Pada umunya angket ini banyak digunakan untuk kepentingan bimbingan dan konseling.
3)      Wawancara
Kompetensi evalausi lain yang juga perlu dimiliki oleh para guru sebagai evaluator dibidang pendidikan adalah penggunaan evaluasi non tes dengan menggunakan tehnik wawancara/interview. Mengenai apa yang dimaksud dengan wawancara dalam evaluasi non tes. Johnson and Johnson (dalam Sukardi, 2008: 187) menyatakan sebagai berikut: An interview is a personal interaction between interviewer (teacher) and one or more interviwees (students) in which verbal questions are asked. Wawancara adalah interaksi pribadi antara pewawancara (guru) dengan yang diwawancarai (siswa) dimana pertanyaan verbal diajukan kepada mereka.
Dalam wawancara ada beberapa persyaratan penting yang perlu diperhatikan:
1.      Adanya interaksi atau tatap muka guru dengan siswa
2.     Adanya percakapan verbal diantara mereka dan memiliki tujuan tertentu
Dalam konteks evaluasi pendidikan, wawancara dapat dilakukan secara individual maupun secara berkelompok, dimana seorang guru bertatap muka dan melakukan tenya jawab terhadap siswanya. Di samping itu wawancara dapat dilakukan baik sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar berlangsung (Sukardi, 2008).
4)      Daftar cek
Daftar cek adalah sebuah daftar yang memuat sejumlah pernyataan singkat, tertulis tentang berbagai gejala yang dimaksudkan sebagai penolong pencatatan ada tidaknya sesuatu gejala dengan cara member tanda cek (V) pada setiao emunculan gejala yang dimaksud. Daftar cek bertujuan untuk mengetahui apakah gejala yang berupa pernyataan yang tercantum dalam daftar cek ada atau tidak ada pada seorang individu atau kelompok (Ign. Masidjo, 1995).
5)      Skala nilai/Rating scale
Skala rating merupakan alat ukur ketrampilan yang masij juga tergolong alat ukur non tes. Seperti alat ukur daftar cek lis, alat ukur ini juga sudah lama digunakan dibidang evaluasi pendidikan. Pada umunya, alat ukur rating terdiri atas dua bagian, yaitu:
1.      Satu rangkaian karakteristik atau kualitas yang hendak dinilai
2.     Beberapa tipe skala ukur yeng menunjukkan tingkat atau derajat atribut subjek atau objek yang ada (Crondlund & Linn, dalam Sukardi, 2008).
Skala rating bukan hanya sebuah daftar karakteristik , tetapi juga usaha evaluator dalam mendeskriosikan siswa atau responden dengan karakteristik multitingkat (Sukardi, 2008).
B.     Persyaratan Instrumen Evaluasi
Sebuah instrumen evaluasi hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya. Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Menurut Sukardi (2008: 8) mengemukakan bahwa, suatu evaluasi memenuhi syarat-syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah  laku. Evaluasi yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut: 1) valid, 2) andal, 3) objektif , 4) seimbang, 5) membedakan, 6) norma, 7) fair, dan 8) praktis.
Sedangkan Wina Sanjaya (2008: 352-354), mengatakan bahwa syarat-syarat alat evaluasi yang baik harus:
1)      Memberikan motivasi
Memberikan penilaian evaluasi diarahkan untuk meninkatkan motivasi belajar bagi siswa melalui upaya pemahaman akan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki baik oleh guru maupun siswa. Siswa perlu memahami makna dari hasil penilaian.
2)      Validitas
Penilaian diarahkan bukan semata-mata untuk melengkapi syarat administrasi saja, akan tetapi diarahkan untuk memperoleh informasi tentang ketercapaian kompetensi seperti yang terumuskanan dalam kurikulum. Oleh sebab itu, penilaian tidak menyimpang dari kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain penilaian harus menjamin validitas.
3)       Adil
Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran tanpa memandang perbedaan sosial-ekonomi, latar belakang budaya dan kemampuan. Dalam penilaian, siswa disejajarkan  untuk mendapatkan perlakuan yang sama.
4)      Terbuka
Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dipahami baik oleh penilai maupun yang dinilai. Siswa perlu memahami jenis atau prosedur penilaian yang akan dilakukan beserta kriteria penilaian. Keterbukaan ini bukan hanya akan mendorong siswa untuk memperoleh hasil yang baik sehingga motovasi belajara mereka akan bertambah juga, akan tetapi sekaligus mereka akan memahami posisi mereka sendiri dalam pencapaian kompetensi.
5)      Berkesinambungan
Penilaian tidak pernah mengenal waktu kapan penilaian seharusnya dilakukan. Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
6)      Bermakna
Penilaian tersusun dan terarah akan memberikan makna kepada semua pihak khususnya siswa untuk mengetahui posisi mereka dalam  memperoleh kompetensi dan memahami kesulitan yang dihadapi dalam mencapai kompetensi. Dengan demikian, hasil penilaian itu juga bermakna bagi guru juga termasuk bagi orang tua dalam memberika bimbingan kepada siswa dalam upaya memperoleh kompetensi sesuai dengan target kurikulu.
7)      Menyeluruh
Kurikulum diarahkan untuk perkembangan siswa secara utuh, baik perkembangan afektif, kognitif maupun psikomotorik. Oleh sebab itu, guru dalam melaksanakan penilaian harus menggunakan ragam penilaian, misalnya tes, penilaian produk, skala sikap, penampilan, dan sebagainya. Hal ini sangat penting, sebab hasil penilaian harus memberikan informasi secara utuk tentang perkembangan setiap aspek.
8)      Edukatif
Penilaian kelas tidak semata-mata diarahkan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh, akan tetapi hasil penilaian harus memeberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran, baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa, sehingga hasil belajar lebih optimal. Dengan demikian, proses penilaian tidak semata-mata tanggung jawab guru akan tetapi juga merupakan tanggung jawab siswa. Artinya siswa harus ikut terlibat dalam proses penilaian, sehingga mereka meyadari, bahwa penilaian adalah bagian dari proses pembelajara.
Sedangkan Daryanto (1997: 19-28) membagi syarat-syarat evaluasi menjadi 5 (lima) bagian, diantaranya:
1)      Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam  program  pengajaran disamping tujuan serta metode. Tujuan inttruksional, materi dan  metode, serta evaluasi merupakan tiga keterpaduan yang tidak boleh dipisahkan.
2)      Koherensi
Dengan prinsip koherensi diharapkan  evaluasi harus berkualitas dengan materi pengajran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.
3)      Pedagogis
Evaluasi perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam  kegiatan belajarnya.
4)      Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan  pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability).
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 1997. Evaluasi Pendidikan. Solo: Rineka Cipta.
Djiwandon, Sri Esti W. (2004). Psikologi Pendidikan (Rev-2). Jakarta: Gramedia
Djaali & Mulyono, Pudji. (2007). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Masidjo, Ign. (1995). Penilaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogjakarta: Kanisius.
Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011) Pemahaman Individu (teknik Non Tes). Kudus:
Purwanto, Ngalim. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. (2001). Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar